Jumat, 03 Februari 2012

Puisi-Kado untuk Marina


 Kado untuk Marina

Aku suka luka, sebab ia tercipta dari cinta, dan untuk seseorang yang telah memberikan keduanya--atau mungkin hanya salah satunya--, telah kubingkis kado spesial ini untukmu

***



//prolog

Marina (Dari dan untuk Puisi)

“Aku membacamu sebagai puisi, menulismu menjadi puisi dan mendengarmu layaknya puisi. Karena engkau adalah setubuh puisi”.

Kesejukan telah sampai ke tulangku. Mengais-ngais didalamnya hingga ke sum-sum, terasa sangat ngilu bagi tubuhku yang masih sendiri. Pagi ini aku masih tetap saja duduk di kedalaman khayal tentangmu, Marina. Mengeja-eja seikat kata M-A-R-I-N-A, ‘M’ adalah  Baca Seterusnya...


//satu

Marina (Sebuah Permulaan)

Di dinding nafas-nafas hampa mulai terpahat satu kata dalam abjadnya “Marina”, bisikku padaku (Walaupun mata cinta masih sayu merabanya, sedang pintu rindu menderit sulit sedikit-sedikit).

Aku: Marina dan akunya Marina
“Adakah di selangkangan nafasmu Baca Seterusnya...



//dua

Marina (Dari Sebuah Jawaban)

Mungkinkah telah terbentuk awan hitam di langit kata-kataku dari asap dan debu atau sebungkah batu yang baru kau lepas landaskan dari telapak lidahmu?. Aku selalu diam dan mendiamkan diam, setelah gemericik air mata menggelitik dengan keramaian permai. Aku tenggelam Baca Seterusnya...


  
//tiga

Marina (Jeda dalam Mimpi)

Seperti suara alunan senandung ombak yang sedang meninabobokan jutaan serpihan permata di bibir pantai saat matahari mulai larut dalam kantuknya, itulah sedikit jeda dalam mimpiku tentang Baca Seterusnya...

  

//empat

Adalah Dia (Tentang Marina)

Aku terkejut, dahiku berkerut, pun seluruh kulitku mulai kusut, dan tak lama setelah itu mulutku hampir mendekati maut, sedang sorot mataku masih belum bisa menapaki jalan fikiranmu. Mungkin masih buntu, sebab batu kata telah menghambat tapak-tapakku yang Baca Seterusnya...


//lima

Kubaca Dirimu diantara Air yang kan Menyatu Dengan Air, Marina

Kau sulap kata jadi mantra yang ku yakin itu semua hanya dusta, lalu kurangkai pula butir-butir abjad dari puing duka dari dusta, jadi satu dua kata atau hingga tak terbaca. Dan kau, tak pernah bisa Baca Seterusnya...


  
//enam

Marina (Agar di Genggam Tanganku Engkau)

Agar di genggam tanganku engkau, telah ku dzikirkan namamu pada detik yang terus menghanyutkanku meninggalkan kuntum-kuntum senyummu yang pernah mekar di taman tatapku. Dan aku telah menjadi hafidz atas namamu, tapi dimanakah kau balutkan selembar tanganmu yang rindu Baca Seterusnya...



//epilog

Marina (sampai jumpa)

Tak kan ku katakan seribu tahun ku kan menunggu (mu), terlebih menunggu jandamu.
Tak kan ku tulis seribu kata seperti sebelumnya dalam puisi, terlebih Baca Seterusnya...


Puisimini-Halaman 114


Musik

Aku menari-nari mendengar suaramu
Karena kau (selanjutnya baca DISINI)

***



Kutuk

“kau bajingan”, kataku
Lalu kau kutuk (selanjutnya baca DISINI)

***

Puisimini-Halaman 115


Percakapan 25 Agustus
: selamat ulang tahun buat seorang wanita yang
-katanya- menyayangiku

Dik, ku serahkan kado ini untukmu
Silahkan (selanjutnya baca DISINI)

***



Kata-kata (6)

Berhentilah berkata-kata!
Aku sudah muak(selanjutnya baca DISINI)

***