Aku suka luka, sebab ia tercipta dari cinta, dan
untuk seseorang yang telah memberikan keduanya--atau mungkin hanya salah
satunya--, telah kubingkis kado spesial ini untukmu…
***
//prolog
Marina
(Dari
dan untuk Puisi)
“Aku membacamu
sebagai puisi, menulismu menjadi puisi dan mendengarmu layaknya puisi. Karena
engkau adalah setubuh puisi”.
Kesejukan telah
sampai ke tulangku. Mengais-ngais didalamnya hingga ke sum-sum, terasa sangat
ngilu bagi tubuhku yang masih sendiri. Pagi ini aku masih tetap saja duduk di
kedalaman khayal tentangmu, Marina. Mengeja-eja seikat kata M-A-R-I-N-A, ‘M’
adalah Baca Seterusnya...
//satu
Marina (Sebuah
Permulaan)
Di dinding
nafas-nafas hampa mulai terpahat satu kata dalam abjadnya “Marina”, bisikku
padaku (Walaupun mata cinta masih sayu merabanya, sedang pintu rindu menderit
sulit sedikit-sedikit).
Aku: Marina dan
akunya Marina
“Adakah di
selangkangan nafasmu Baca Seterusnya...
//dua
Marina
(Dari
Sebuah Jawaban)
Mungkinkah telah
terbentuk awan hitam di langit kata-kataku dari asap dan debu atau sebungkah
batu yang baru kau lepas landaskan dari telapak lidahmu?. Aku selalu diam dan
mendiamkan diam, setelah gemericik air mata menggelitik dengan keramaian
permai. Aku tenggelam Baca Seterusnya...
//tiga
Marina (Jeda dalam
Mimpi)
Seperti suara
alunan senandung ombak yang sedang meninabobokan jutaan serpihan permata di
bibir pantai saat matahari mulai larut dalam kantuknya, itulah sedikit jeda
dalam mimpiku tentang Baca Seterusnya...
//empat
Adalah
Dia (Tentang
Marina)
Aku terkejut,
dahiku berkerut, pun seluruh kulitku mulai kusut, dan tak lama setelah itu
mulutku hampir mendekati maut, sedang sorot mataku masih belum bisa menapaki
jalan fikiranmu. Mungkin masih buntu, sebab batu kata telah menghambat
tapak-tapakku yang Baca Seterusnya...
//lima
Kubaca
Dirimu diantara Air yang kan Menyatu Dengan Air, Marina
Kau sulap kata
jadi mantra yang ku yakin itu semua hanya dusta, lalu kurangkai pula
butir-butir abjad dari puing duka dari dusta, jadi satu dua kata atau hingga
tak terbaca. Dan kau, tak pernah bisa Baca Seterusnya...
//enam
Marina
(Agar
di Genggam Tanganku Engkau)
Agar di genggam
tanganku engkau, telah ku dzikirkan namamu pada detik yang terus menghanyutkanku
meninggalkan kuntum-kuntum senyummu yang pernah mekar di taman tatapku. Dan aku
telah menjadi hafidz atas namamu, tapi dimanakah kau balutkan selembar tanganmu
yang rindu Baca Seterusnya...
//epilog
Marina (sampai
jumpa)
Tak kan ku
katakan seribu tahun ku kan menunggu (mu), terlebih menunggu jandamu.
Tak kan ku tulis
seribu kata seperti sebelumnya dalam puisi, terlebih Baca Seterusnya...