Rabu, 12 Oktober 2011

Puisi-Membaca Titik Hujan


: Puisi ini pernah diikutsertakan dalam kompetisi Nasional pada tahun 2007

Angin selalu menggelitik poriku yang sedang menguap dalam kantuknya di tiap matahari mulai berlikut di balik bilik awan berlumpur. Gelegar demi gelegar berteriak entah dari sudut mana. Tak ada lajur yang menuntunnya nuju gendang telinga, mungkin samudrapun sedang memanjat-manjat udara. Tak sampai jua. Hanya terkapar air itu di semenanjung mata.

Baca Seterusnya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar