Jumat, 23 Desember 2011

Puisimini-Halaman 50


Gelitik

Selalu saja
Kau gelitik aku (selanjutnya baca DISINI)

***



Selamat Tinggal Versus Selamat Datang

Belum lama ku katakan selamat tinggal
Pada seseorang (selanjutnya baca DISINI)

***

Puisimini-Halaman 49


Semut

Kasihan, selalu saja dikerumuni semut-semut
Dia memang manis, (selanjutnya baca DISINI)

***



Bajingan

Sebut saja aku bajingan!
Agar (selanjutnya baca DISINI)

***

Puisi-Suara-suara Diam, Bernyanyi…


: percakapan keadaan hubunganku dengan inisial O.M

Berbulan-bulan kutunggu-tunggu kata-katamu pada dinding-dinding pagi.
Tapi kau diam terus-menerus dan tak ada suara-suara.
Burung-burung Baca Seterusnya...

Puisi-Gelap


Entah besok atau lusa
Ia kan tiba merantai gema
Baca Seterusnya...

Puisimini-Halaman 48


Banjir

Kau menangis, bahagia
Aku (selanjutnya baca DISINI)

***



Matematika

Setelah ditambah, dikurang, dikali, dibagi
Dan (selanjutnya baca DISINI)

***

Puisimini-Halaman 47


Kopi
: untuk wanitaku yang sedang sakit

Dengan secangkir kopi
Kutemani tidurmu (selanjutnya baca DISINI)

***



Malam (Sebelum Tidur) 2

Jangan berselimut!
: kenapa? (selanjutnya baca DISINI)

***

Puisimini-Halaman 46


Celana Dalam

Awas!
Jangan (selanjutnya baca DISINI)

***



Lapar

Aku lapar, rintihmu
Lalu kuhidangkan (selanjutnya baca DISINI)

***

Puisi-Aku Berkata-kata


Tahukah, bahwa aku tak suka dengan nyawa?. Nyawa membuatku jadi hina, tapi dengannya, aku mulia. Lalu yang mana yang aku?. Aku terlalu sering dilema karenanya, bagaimana mungkin Baca Seterusnya...

Puisimini-Halaman 45


Untuk Seorang Wanita yang Sangat Senang Menatap Bulan

Jangan lagi kau tatap bulan
Nanti wajahmu (selanjutnya baca DISINI)

***



SMS
: dengan berterimakasih kepada seorang wanita

//pagi, sebelum subuh
Kak, bangun… (selanjutnya baca DISINI)

***

Puisimini-Halaman 44


Ayo Kita Pergi

Ayo kita pergi, ajakmu
: kemana? (selanjutnya baca DISINI)

***



Pena

Kau sedang menulis apa?, tanyamu
: sedang menulis luka (selanjutnya baca DISINI)
***

Puisi-Avada Kedavra*


Avada kedavra
Tenggelamlah engkau wahai angin curiga
Tenggelamlah!

Baca Seterusnya...

Puisimini-Halaman 43


Sebelum Pergi

Lihat, air matamu mengalir
Begitu segar (selanjutnya baca DISINI)
***



: Aku Segera Pergi

Ku titipkan kau pada langit
Ia akan (selanjutnya baca DISINI)

***

Puisimini-Halaman 42


Mari, Saling Memaafkan
Percakapan pendek malam kemarin, ternyata akhir dari perjalanan panjang kita...
bukan salahmu,
(selanjutnya baca DISINI)

***



Pulang

Pulang
-ke pangkuanmu- (selanjutnya baca DISINI)

***

Puisi-Suatu Pagi dengan Embun yang Terkontaminasi Oleh Polusi pada Wajah Bumi, Begitu Ngeri


Dengarkan aku kawan, jika ada mantra pemusnah polusi, akan kuwarnai wajah bumi hingga kan terus berseri dan tak kan kau temui lagi embun pagi yang begini. Begitu ngeri.

Suatu pagi, kemudian disusul berwaktu-waktu pagi Baca Seterusnya...

Puisimini-Halaman 41


Peta

Ku bentang peta
-menujuku- (selanjutnya baca DISINI)

***



Tardji

Seperti tardji
Mengeja farji (selanjutnya baca DISINI)

***

* ) setelah membaca esai Asarpin tentang Sutardji Calzoum Bachri

Puisimini-Halaman 40


Kata-kata (3)

Maaf, kataku
Maaf, katakau (selanjutnya baca DISINI)

***



Kepada Puisi:

Selalu saja kau tulis namanya
Di cinta, (selanjutnya baca DISINI)

***

Puisi-Cerita Tentang Cinta


Kita sering bercerita tentang cinta, dimanapun berada
Mengulas tilas tapak kaki kita dan membingkisnya menjadi suka cita

Kita seperti pelukis, melukis diri dan kisah kita pada sehalaman wajah bulan
Kita seperti penyair, Baca Seterusnya...

Puisimini-Halaman 39

Kecup (5)

Setelah itu
Bibirmu (selanjutnya baca DISINI)

***



Bunga

Seikat bunga yang ku titip
sebelum (selanjutnya baca DISINI)

***

Puisi-Mereka, Orang-orang yang Kau Penjarakan


Mereka, orang-orang yang kau penjarakan
Bukan dalam bui atau tahanan yang terasingkan

Baca Seterusnya...

Puisimini-Halaman 38


Meja Makan (2)

Cinta yang kau hidangkan
Tak habis (selanjutnya baca DISINI)

***



Kepada Awan:

Jemput aku
Aku ingin (selanjutnya baca DISINI)

***

Rabu, 21 Desember 2011

Puisi-Jika Air Mataku Ini Harta, Akan Kusedekahkan Ia Sebanyak-banyaknya


Pada sebuah cawan tak bertuan kutenggelamkan kepedihan, kurendam kebahagiaan dan aku mencoba berenang diantara keduanya.

Bertaruh gemuruh jiwa yang luruh untuk mengais tangis sendiri, sungguh ini kebahagiaan yang menyakitkan. Sakit akan ketidakpastian kemampuan yang Baca Seterusnya...

Puisimini-Halaman 37


Tangis

Akan ku selami air matamu, dik
Agar (selanjutnya baca DISINI)

***



Hujan

… dan, pada setetes hujan
Kutitipkan (selanjutnya baca DISINI)

***

Puisi-Sebuah Percakapan Kegelapan pada Sebuah Sajak yang Terang


a   : Inikah sebuah kegelapan?
b   : Ya, apakah kau merasakannya?
a   : Aku hanya merasa selembar selimut telah merampas pandanganku

Puisimini-Halaman 36


Mei 2011





Ulat Bulu

Tersentuh olehmu
Gatal (selanjutnya baca DISINI)

***

Puisi-Terhunus Pedang, Hariku


… Perpisahanku dengan waktu begitu menghujam langkahku. Masa lalu, tetaplah sesuatu yang tak mungkin dituju. Dan aku mulai mengerti mengapa hariku terhunus pedang dari kayangan. Aku tak mungkin lagi menatap kedepan.

Aku bukan makhluk yang bisa tertawa dengan airmata. Aku tak sanggup Baca Seterusnya...

Puisimini-Halaman 34


Semoga

Semoga luka dapat tertawa
Bisik seseorang (selanjutnya baca DISINI)

***



Kecup (4)

Sebelum kuucapkan selamat tinggal
Mari, (selanjutnya baca DISINI)

***

Puisi-Debur Ombak Dimatamu Kan Kuselami


Debur ombak di matamu ‘kan kuselami, dinda. Agar kau juga tahu bahwa nafasku bisa meratap atas apa yang kau rasakan dan aku hanya ingin kau merasakan sejuknya kepakan sayap para malaikat yang tak punya syahwat.Baca Seterusnya...

Puisimini-Halaman 33


Pesan

Ada pesan yang tak terkirim
Dan itu (selanjutnya baca DISINI)

***



Pohon

Sebatang pohon cinta yang ku tanam
Kau patahkan (selanjutnya baca DISINI)

***

Puisi-Ini Aku, Aku Ini…


Ini aku, aku ini sebutir debu
Ini aku, aku ini debu dalam debu
Ini aku, segugus debu yang jadi sebongkah batu

Baca Seterusnya...

Puisimini-Halaman 32


Hutan

… Dan aku hanya bisa bersembunyi
di antara (selanjutnya baca DISINI)

***



Kepada Bulan:

Sampaikan salamku pada bintang
Aku merindukan (selanjutnya baca DISINI)

***

Puisi-Air langit jiwaku


Air langit menirai jiwaku yang terapung di angin, angin membawa ombak yang diatasnya berselancar kekhawatiran. Tentang topan yang pernah membajak ombak dan membawanya menjajah butir-butir pasir di landainya pantai getir.

Air langit menirai jiwaku yang mulai banjir oleh zikir, tenggelam dalam lautan tadbir dan terbakar oleh kobaran takbir. Kekal keheningan, kekal pula kelengangan yang begitu kosong. Tak sesuatupun menyiramkan air-air tawa atau sesuatu yang bahagia lainnya.

Air langit tak pernah memberikan kekekalan, dan kekal tak pernah ingin bersanding dengan ku walau jiwaku telah basah, lelah bersimbah peluh yang begitu gerah. Mendesahpun percuma karena angin telah berakad dengan alam. Dan alam tentu tak sudi jika aku menjadi selingkuhan bagi kekasihnya itu, angin kegelisahan dan kegembiraan.

Air langit jiwaku hanya bersisa setetes saja setelah aku menertawai kepedihanku sendiri. Tak begitu berarti  sebenarnya, tetapi legamnya kealpaanku yang terserak ini mungkin akan terkutip oleh butir-butir tersebut dan hilanglah ia.


Air langit jiwaku tak lagi menirai. Air langit jiwaku telah menyeringai. Walaupun seringainya bermakna sejuta alpa, sejuta dosa, sejuta nestapa dan berjuta bahkan berjuta-juta duka,-

Pekanbaru, 23 Desember 2008

Puisimini-Halaman 31


Kecup (3)

Kau melihatku terluka
Lalu aku (selanjutnya baca DISINI)

***



Rambut

Ku belai mesra rambutnya yang hitam
“Jika telah putih, (selanjutnya baca DISINI)

***

Puisi-Lagu Malam, Purnama Mekar; Cinta


Lagu malam menghembus hujan membawa awan yang menabir bulan. Bulan tenggelam, menenggelamkanku yang rindu.

Lagu malam menembus kelam, tatap rinduku semakin menisik dalam. Purnama belum juga mekar di mataku. Tenggelamkanku di rindu.

Baca Seterusnya...

Puisimini-Halaman 30


Pertanyaan Untuk Seseorang

Masih sama
Seperti (selanjutnya baca DISINI)

***



Pintu

Kubuka pintu –hatiku-
Kau malah (selanjutnya baca DISINI)

***

Puisi-Angin


Rebah tubuhku di angin, yang menghembuskan kalam-kalam dari bahasa alam. Melekangkan kepedihan yang mendalam tersebab aku terrenggut cahaya yang padam.

Redam tubuhku di angin, angin berjingkat-jingkat pedih merangkumku yang lirih, angin meresap di tubuhku, angin terjebak dalam perihku, angin tenggelami aku dan tenggelampun aku di angin. Meraba-raba mata tanpa cahaya, Baca Seterusnya...

Puisimini-Halaman 29


Mencari Ini?, tanyaku

Di bait ini
aku mendapatkan kau (selanjutnya baca DISINI)

***



Kamar (Sebelum Tidur)

Selimuti aku sebelum tidur, dik
malam ini (selanjutnya baca DISINI)

***

Puisi-Sepertinya


Sepertinya,
Kau telah ucapkan cinta padaku
Sepertinya, kau telah merajut kasihmu untukku
Sepertinya,

Puisimini-Halaman 28


Nyamuk

Ngiiiiiiiiiing.........
plak! (selanjutnya baca DISINI)

***



WC

Maaf, kau hanya untuk buang hajat
kata seorang teman (selanjutnya baca DISINI)

***
(Terbit di kompas.com edisi Sabtu, 3 Maret 2012 | 01:22 WIB)