ilustrasi |
Sabtu, 17 Maret 2012
Sekitar pukul
dua aku sudah bangun. Memang sengaja alarm kupasang jam sekian. Berharap aku
tidak terlambat karena terkadang kepalaku juga suka kembali ke bantal jika
alarm sudah ku stop. Huh, payah ya aku :D
Aku mulai packing.
Mengemasi beberapa barang yang kurasa penting untuk kubawa. Tak mau menunggu
lagi, begitu semuanya sudah siap, langsung saja kulangkahkan kakiku keluar dari
kost. Kulihat waktu menunjukkan pukul 3.18. Tepat. Apakah itu masih terlalu
pagi?
Ya, aku
menelusuri jalanan itu sendirian. Dalam pagi yang masih pagi –menurut
pandanganku. Tapi mungkin bagi sebagian orang itu biasa saja. Saat aku
berjalan, kulihat masih ada beberapa pemuda yang tengah asyik bermain game online
di sebuah tempat yang menyediakan fasilitas bermain seperti itu. Beberapa
tukang becak di pasar juga sudah stand by. Juga ada beberapa pemuda yang
berbincang di dekat sebuah musholla. So, tidak aneh kan, jika aku juga memulai
aktivitasku sepagi itu. Itu biasa saja kan? Meskipun aku seorang perempuan.
Sampai di
tempat. Setelah sebelumnya kunikmati pemandangan pagi di jalanan besar. Aku
harus menunggu. Loket untuk tiket kelas ekonomi. Sekitar jam empat kurang pintu
loket dibuka. Orang-orang berduyun-duyun mengantre. Tak terkecuali aku. Tiket
sudah berhasil kudapat, aku masuk. Dan lagi, aku harus menunggu.
Beberapa menit
kemudian datanglah dua orang teman satu jurusanku –saat semester pertama kami selalu
satu kelas. Tapi kami berbeda jurusan dalam kereta. Tapi masih satu wilayah
karesidenan. Kami terlibat percakapan
sebentar.
Ia sedikit tak
percaya saat kubilang bahwa aku berjalan dari jam tiga seperempat. Ia saja tadi
datang ke sini dengan teman lelaki. Ya, dua orang yang kumaksud tadi adalah
seorang cewek dan cowok. Mungkin yang terlintas di benakmu sedari
tadi adalah tentang risiko yang akan terjadi padaku. Suatu hal yang
tidak-tidak. Suatu hal yang memang perlu diwaspadai. Tapi tenanglah, tak ada
bahaya apapun yang kuhadapi. Selalu ada yang menjagaku, juga kau J
Sampai di rumah.
Hal yang sama juga dilontarkan oleh kedua orang tuaku. Mereka mewanti-wantiku
untuk tidak lagi melakukan hal itu. Mereka tentu takut akan terjadi sesuatu
padaku. Hal yang tak diinginkan. Ya Pak, Bu, nasihatmu akan selalu kuingat.
Ah, mungkin di
sini dulu ceritaku tentang ini.
Sebenarnya aku
juga ingin tersenyum saat mengingat keberanianku yang semacam ini.
Bayangkan lagi, seorang anak perempuan berusia 19 tahun berjalan sendirian
sekitar pukul tiga malam. Bagaiman pendapatmu?
Anis Ekowati,
lahir di Kediri, 31 Mei 1992. Anak terakhir dari dua bersaudara -meskipun
namanya mengandung kata eko (satu). Mulai tahun 2011 tercatat sebagai
mahasiswi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga, Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar