Minggu, 01 April 2012

Celotehan Anis Ekowati (Sahabat SatuMataPena)


Jum’at, 16 Maret 2012

ilustrasi
Kuliah selesai.  Aku langsung mengabarkan kepada temanku perihal eksekusi rancanaku untuk pergi ke toko buku. Memenuhi permintaan teman sekelasku saat SMA untuk mencarikan sebuah majalah berbahasa Inggris. Aku sebenarnya ingin merasakan nasi atau camilan apapun barang sesuap saja. Tenggorokanku juga belum terbasahi sedari pagi tadi. Aku selalu malas jika harus sarapan setiap kali akan berangkat untuk kuliah jam pertama. Jadi, kubiarkan saja raga ini bertahan. Tapi aku tahu, ragaku masih kuat untuk menopang tubuhku ini. Kaki dan tanganku juga masih sanggup kugerakkan. Aku masih kuat berjalan. Meski tak satu dua kali aku merasa mataku seolah ingin mengatup saat dosen mulai bercerita tentang banyak hal. Dan saat itu aku sama sekali tak memedulikan masalah perutku. Tak ada nyanyian yang kudengar darinya. Biasa saja. Dan aku tetap mengabaikannya.
Beberap sms telah kukirim dan juga mendapat balasan. Aku melangkah menuju kost temanku itu meski ia mengatakan sebentar dulu lantaran  belum siap. Dan aku tetap berjalan. Kutunggu dia di luar kostnya. Berselang sekitar sepuluh menit. Kami memakai kerudung dangan warna yang sama, merah. Tanpa banyak obrolan lagi segera kaki ini melangkah ke dalam angkot setelah beberapa menit masa penantian.
Sampai di tempat tujuan. Aku tahu kemana harus segera kubawa kakiku. Ruang berkode C. Di tempat itu adalah bagian untuk buku-buku sastra –novel, puisi, cerpen. Juga motivasi, humor, pengembangan diri, majalah –dan sebangsanya. Aku masih meneliti satu per satu buku yang terpajang di sana. Hingga akhirnya aku beranjak ke ruang E, bagian koleksi agama Islam. Jelas, aku juga terpana pada buku-buku yang terpajang di sana. Juga pada beberapa Kitab (baca: Al-Qur’an). Ya, ternyata masih banyak sekali pengetahuan dari kitabku yang belum kujamah.
Karena tak mau pulang dengan tangan kosong, aku putuskan untuk membeli sebuah buku keagamaan tentang kisah nabi Muhammad. Hanya itu saja. Temanku tidak membeli apapun. Sebelum berangkat ia sudah menyampaikan bahwa ia hanya akan menemaniku saja. Oh ya, kepulangan kami juga sempat tertunda lantaran hujan. Akibatnya, kami berlama-lama di sana. Memandangi buku-buku dengan sesekali membaca isinya. Yang membuat tertawa adalah buku-buku tentang humor, terlebih humor yang mirip dengan Andre Taulani. Sudah tahu kan, seperti apa guyonannya. Iya, rayuan gombal yang ujung-ujungnya pasti “tentang kamu”, “di hatimu...”, dll. Aku keluar dari ruangan lantai 2 itu sekitar pukul 12.30.
Aku sampai kost setelah sebelumnya kusempatkan diriku untuk membeli makanan. Makan pertamaku untuk hari itu. Begitu akan kuletakan tasku, aku terkejut. Sebuah bungkusan kertas coklat ada di atas tumpukan bukuku di meja mungilku. Kulihat tulisan yang tercantum di atasnya. Ya, akhirnya transaksiku berhasil. Aku sudah menerima barang dari uang yang kutransfer dua hari sebelumnya. Sebuah buku berisi kumpulan cerpen telah dikirim kepadaku dari Yogyakarta. Ah, senangnya. Langsung kubuka. Kuteliti. Kubaca beberapa judulnya, juga penulisnya. Hal ini membuatku meninggalkan buku yang baru saja kubeli untuk membacanya.
Saat itu, aku sudah memasuki minggu ketiga yang manahanku untuk bertahan di perantauan. Sudah waktunya kujumpai kampung halaman. Tak ada keperluan yang penting di sini. Seminggu yang lalu aku mengikuti ESQ, tak mungkin aku pulang. Minggu sebelumnya, aku baru saja sepekan di sini (baca: Surabaya). Jadi bulat sudah tekadku untuk pulang kampung. Salah satu alasan yang mendorongku untuk hal ini adalah.... Haruskah kutuliskan? (ups, ini disimpan dulu aja ya, it’s a secret :D. Kalau penasaran tanyakan saja langsung padaku J)

 ---------------------------------------

Anis Ekowati, lahir di Kediri, 31 Mei 1992. Anak terakhir dari dua bersaudara -meskipun namanya mengandung kata eko (satu). Mulai tahun 2011 tercatat sebagai mahasiswi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga, Surabaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar